Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah laut di lepas pantai timur pada Sabtu (1/10/2022). Tindakan itu menandai peluncuran keempat Pyongyang dalam seminggu terakhir seiring dengan meningkatnya ketegangan di sekitar semenanjung Korea.
Peluncuran itu dilakukan setelah angkatan laut Korea Selatan, Amerika Serikat (AS), dan Jepang melakukan latihan trilateral anti-kapal selam pada Jumat (30/10/2022). Latihan tersebut menjadi yang pertama kalinya dalam 5 tahun, menyusul kunjungan Wakil Presiden AS Kamala Harris ke wilayah tersebut minggu ini.
Korea Utara menembakkan rudal sebelum dan sesudah kunjungan Harris ke Korea Selatan, memperpanjang rekor kecepatan dalam pengujian senjata tahun ini dan meningkatkan ancaman nuklir terhadap AS dan sekutunya.
Dua rudal jarak pendek diluncurkan dari Sunan, utara ibu kota Korea Utara, Pyongyang, kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan. Diperkirakan jangkauannya 350 kilometer (km) pada ketinggian 30 km dan kecepatan Mach 6.
Penjaga pantai Jepang juga melaporkan setidaknya dua dugaan uji coba rudal balistik oleh Pyongyang. Rudal itu terbang 400 km dan 350 km, mencapai ketinggian 50 km, kata Menteri Pertahanan Jepang Toshiro Ino.
Adapun, Tokyo telah mengajukan protes terhadap Korea Utara melalui saluran diplomatik, kata Ino, seraya menambahkan bahwa rudal-rudal itu mungkin terbang dengan “lintasan tidak beraturan” yang dirancang untuk menghindari pertahanan rudal.
Komando Indo-Pasifik AS mengatakan mengetahui peluncuran rudal balistik dan telah menilai mereka tidak menimbulkan ancaman langsung terhadap personel atau wilayah AS atau sekutunya.
Pyongyang juga melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pertama sejak 2017.
Analis melihat peningkatan kecepatan pengujian sebagai upaya untuk membangun senjata operasional, serta untuk mengambil keuntungan dari dunia yang terganggu oleh konflik Ukraina dan krisis lainnya.
“Terlepas dari kelemahan internal Korea Utara dan isolasi internasional, Korea Utara dengan cepat memodernisasi senjata dan mengambil keuntungan dari dunia yang terbagi oleh persaingan AS-China dan aneksasi Rusia atas lebih banyak wilayah Ukraina,” kata Profesor Leif-Eric Easley di Universitas Ewha di Seoul, dilansir Reuters.
“Rezim Kim juga bermain keras dengan pemerintahan Yoon, sementara politik Korea Selatan tertatih-tatih oleh pertikaian,” imbuhnya.
Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan dalam Adapun, Dewan Keamanan PBB telah menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara atas uji coba rudal balistik dan nuklirnya. Pyongyang menolak langkah-langkah seperti itu sebagai pelanggaran hak kedaulatannya untuk pertahanan diri dan eksplorasi ruang angkasa.
Sumber : CNBC Indonesia