Beberapa pejabat di sejumlah negara ikut sedih menanggapi tragedi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang pada Sabtu (1/10).
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Sung Y Kim, mengungkapkan rasa duka atas kejadian tersebut.
“Saya sangat sedih mendengar tragedi sepak bola di Malang. Belangsungkawa yang mendalam bagi semua korban jiwa dan keluarga yang ditinggalkan,” kata Kim dalam pernyataan Twitter pada Minggu (2/10).
Selain Dubes AS, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva turut mengungkapkan belasungkawa atas tragedi Kanjuruhan.
“Duta Besar Rusia untuk Indonesia Ibu L. Vorobieva dan seluruh staf Kedubes Rusia mengucapkan belasungkawa yang mendalam terkait tragedi di Malang,” demikian pernyataan dari Kedutaan Besar Rusia di Indonesia dalam akun Twitter-nya, Minggu (2/10).
“Turut berduka cita bersama dengan kerabat mereka yang meninggal dunia. Mengharapkan agar mereka yang luka-luka cepat pulih kembali,” lanjut pernyataan itu.
Kedutaan Besar Ukraina di Indonesia juga turut mengucapkan rasa duka mereka atas tragedi di Kanjuruhan.
“Keluarga Besar Kedutaan Ukraina untuk Republik Indonesia, melalui pesan ini ingin menyampaikan turut berduka cita sedalam-dalamnya kepada para korban jiwa di tragedi stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur,” demikian pernyataan Kedubes Ukraina di Indonesia, dikutip dari Twitter, Minggu (2/10).
“Mereka yang pergi untuk mendukung klub sepakbola kesayangannya, kini tak dapat kembali lagi ke keluarga masing-masing. Doa dari kami dan segenap rakyat Ukraina kepada para keluarga korban yang ditinggalkan agar mendapatkan ketabahan, keikhlasan, dan keadilan sebaik-baiknya.”
Selain itu, Menteri Negara Inggris untuk Asia, Zac Goldsmith, turut mengungkapkan rasa dukanya atas kejadian ini.
“Sangat mengejutkan bahwa sangat banyak orang meninggal dunia dalam insiden pertandingan sepak bola mengerikan di Jawa Timur, Indonesia,” kata Goldsmith dalam pernyataan Twitter.
“Pikiran dan doa saya untuk keluarga lebih dari 170 korban [tragedi ini] dan untuk pemerintah dan masyarakat Indonesia,” lanjutnya.
Tragedi Kanjuruhan menjadi sorotan sejumlah media asing. Beberapa media menyoroti penggunaan gas air mata dari pihak kepolisian untuk mengatasi para suporter tuan rumah yang turun ke lapangan usai laga.
Kericuhan bermula kala skuad tuan rumah, Arema FC, kalah dalam laga melawan Persebaya dengan skor 2-3.
Penggemar Arema yang tak terima lalu turun ke lapangan dari bangku penonton. Situasi pun semakin kacau dan membuat polisi menembak gas air mata.
Namun, gas tersebut tak hanya diarahkan ke massa yang mengamuk, tetapi ke penggemar lain yang duduk di bangku penonton.
Tindakan tersebut menimbulkan kepanikan massa, membuat mereka berdesak-desakan berupaya keluar dari stadion. Imbas kejadian ini, 125 orang tewas dan lainnya luka-luka.
Sumber: CNN Indonesia