NEWS24XX.COM – Tujuh belas anak-anak termasuk di antara sedikitnya 125 orang yang tewas dalam penyerbuan sepak bola di Indonesia pada akhir pekan, kata para pejabat, ketika tekanan meningkat di negara Asia Tenggara itu untuk menjelaskan bagaimana salah satu bencana stadion terburuk di dunia terjadi.
Kekerasan dan hooliganisme telah lama menjadi ciri sepak bola Indonesia, terutama di tempat-tempat seperti Jakarta, ibu kota, tetapi bencana hari Sabtu di sebuah kota kecil di Jawa telah menyoroti masalah tersebut.
“Saya dan keluarga tidak menyangka akan menjadi seperti ini,” kata Endah Wahyuni, kakak dari dua anak laki-laki, Ahmad Cahyo, 15, dan Muhammad Farel, 14, yang tewas setelah terjaring huru-hara.
“Mereka suka sepak bola, tetapi tidak pernah menonton Arema secara langsung di stadion Kanjuruhan, ini adalah pertama kalinya mereka,” tambahnya pada pemakaman saudara laki-lakinya pada hari Minggu, merujuk pada tim tuan rumah yang mereka dukung.
Menteri Keamanan Indonesia Mahfud MD mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintah akan membentuk tim pencari fakta independen yang akan mencakup akademisi dan pakar sepak bola serta pejabat pemerintah untuk menyelidiki apa yang terjadi.
Tim akan menyelidiki selama beberapa minggu ke depan dengan tujuan menemukan siapa yang bertanggung jawab atas tragedi itu, katanya.
Harian Indonesia Koran Tempo memuat halaman depan hitam pada hari Senin, berpusat pada kata-kata “Tragedi Sepak Bola Kita”, dicetak dengan warna merah bersama dengan daftar orang mati.
Tujuh belas anak termasuk di antara yang tewas, dengan tujuh lainnya dirawat di rumah sakit, kata Nahar, seorang pejabat di kementerian pemberdayaan perempuan.
Pukulan mematikan hari Sabtu terjadi ketika penonton yang panik mencoba melarikan diri dari stadion yang penuh sesak setelah polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan penggemar dari tim tuan rumah yang kalah yang berlari ke lapangan pada akhir pertandingan.
Tim tuan rumah Arema FC kalah 3-2 dalam pertandingan dari Persebaya Surabaya, meskipun pihak berwenang mengatakan tiket tidak diberikan kepada penggemar Persebaya karena masalah keamanan.
Mahfud mengatakan pada hari Minggu stadion telah terisi melebihi kapasitasnya. Sekitar 42.000 tiket telah dikeluarkan untuk stadion yang dirancang untuk menampung 38.000 orang, katanya.
Insiden itu adalah “hari gelap bagi semua yang terlibat”, kata FIFA, badan pengatur sepak bola dunia, yang telah meminta otoritas sepak bola Indonesia untuk melaporkan insiden tersebut.
Peraturan keamanannya mengatakan senjata api atau “gas pengendali massa” tidak boleh digunakan dalam pertandingan. Presiden Arema FC yang berlinang air mata Gilang Widya Pramana meminta maaf pada hari Senin kepada para korban penyerbuan dan mengatakan dia bertanggung jawab penuh atas bencana tersebut.
“Nyawa lebih berharga daripada sepak bola,” katanya dalam konferensi pers.
Dalam sebuah pidato pada hari Minggu, Paus Fransiskus mengatakan dia telah berdoa bagi mereka yang kehilangan nyawa dan yang terluka akibat bencana.
Polisi dan pejabat olahraga telah dikirim ke Malang untuk menyelidiki insiden yang termasuk salah satu bencana stadion paling mematikan di dunia.
“Semua yang bertanggung jawab harus bertanggung jawab atas bencana ini, terlepas dari status atau posisi mereka,” kata Phil Robertson, wakil direktur Asia untuk Human Rights Watch yang berbasis di New York, Senin. ***