Tragedi Kanjuruhan menjadi sorotan dunia. Pasalnya, insiden dalam pertandingan sepakbola yang menyebabkan 125 orang tewas itu media salah satu kejadian terparah dalam sejarah dunia.
Salah satu yang menjadi sorotan adalah penggunaan gas air mata oleh polisi yang diarahkan kepada para suporter Arema Malang. Hal ini memicu kepanikan dan akhirnya membuat para suporter terinjak-injak saat berusaha keluar dari stadion.
Media terkemuka Amerika Serikat (AS), Washington Post, melaporkan bahwa hal ini menjadi tanda tanya besar. Pasalnya, penggunaan gas air mata ini juga telah dilarang oleh aturan FIFA.
“Gas air mata yang digunakan oleh Kepolisian Indonesia menjadi tanda tanya di tengah tragedi kematian massal dalam pertandingan sepakbola,” tulis media itu dikutip Senin (3/10/2022).
Serupa, New York Times, juga mengabarkan bahwa dalam keterangan Kapolda Jatim, Irjen Nico Afinta, polisi menggunakan senjata itu untuk mengatur kerumunan fans Arema yang berada di lapangan.
“Setelah klub sepak bola Arema kalah dari Persebaya Surabaya, puluhan suporter menyerbu ke lapangan di Stadion Kanjuruhan. Polisi menembakkan gas air mata, yang menyebabkan kepanikan, menurut Kapolda Jawa Timur, Irjen Nico Afinta,” lapor media itu.
Dari Eropa, media BBC asal Inggris mewartakan sebelumnya bahwa ratusan korban wafat akibat terinjak-injak setelah polisi melontarkan gas air mata. Namun, kantor berita yang bermarkas di London itu belum merevisi jumlah korban tewas yang telah diperbaharui.
“Sedikitnya 174 orang tewas terinjak-injak pada pertandingan sepak bola Indonesia yang dipicu setelah polisi menembakkan gas air mata kepada suporter yang menyerbu lapangan,” tulisnya.
Media Guardian juga secara tajam mengalihkan sudut pandangnya kepada tindakan kepolisian ini. Mereka bahkan menuliskan judul yang mengarah pada langkah kepolisian.
“Tragedi Sepak Bola Indonesia: Pertanyaan Mencuat terkait Respons Kepolisian,” bunyi artikel itu.
Peristiwa terinjak-injak dan kesesakan suporter Arema sendiri terjadi pada Sabtu malam di Stadion Kanjuruhan Malang. Peristiwa ini diawali oleh masuknya ratusan suporter Arema ke lapangan setelah pertandingan antara tim yang dijuluki Singo Edan melawan rivalnya, Persebaya Surabaya, berakhir dengan kekalahan.
Polisi kemudian berusaha untuk membubarkan aksi suporter Arema itu. Selain memukuli para pendukung yang pergi ke lapangan, aparat juga menembakkan gas air mata ke arah tribun.
Sumber : CNBC Indonesia