Nama Markus Horison menjadi sorotan netizen setelah Timnas Indonesia U-17 gagal lolos ke Piala Asia U-17 2023 usai kalah dari Malaysia di Stadion Pakansari, Minggu (9/10).
Meski menjadi runner up Grup B dengan poin sembilan, Garuda Muda tak bisa meraih enam tiket runner up terbaik. Ini karena hasil pertandingan melawan dua tim terbawah grup, Guam dan Palestina tak dihitung untuk penentuan runner up terbaik.
Kontan nama Markus jadi sorotan. Pada Minggu (9/10) malam nama pelatih kiper 41 tahun tersebut sempat menjadi trending topic nomor satu di Indonesia. Kata kunci ‘Markus’ mengalahkan nama pelatih utama Timnas Indonesia U-17 ‘Bima Sakti’, dan keyword ‘Timnas Day’ yang biasa muncul pada hari pertandingan.
Perkaranya netizen menyindir Markus yang berteriak ‘local pride’ seusai menjuarai Piala AFF U-16 2022. Netizen merasa ungkapan pemain kelahiran Bangkalan Brandan, Sumatera Utara ini menyindir Shin Tae Yong dan pemain naturalisasi.
Jauh sebelum menjadi pelatih kiper di Timnas Indonesia U-17, Markus merupakan salah satu kiper andalan Timnas Indonesia. Salah satu pencapaian terbaiknya selama di Timnas adalah menjadi runner up Piala AFF 2010 dan semifinal edisi 2008.
Sosok yang mengganti namanya menjadi Muhammad Haris Maulana ini membela Timnas Indonesia sejak 2007 hingga 2012. Selama itu Markus memiliki 37 caps dan bersaing ketat dengan Ferry Rotinsulu, Jendri Pitoy, dan Hendro Kartiko.
Piala Asia 2007 menjadi momen pertama Markus unjuk kemampuan. Kepiawaian membaca bola atas membuat pelatih Ivan Kolev menempatkan Markus menjadi kiper utama dalam laga Timnas Indonesia melawan Korea Selatan. Skuad Merah Putih kalah 0-1 dalam laga terakhir fase grup Piala Asia 2007.
Untuk level klub, karier Markus cukup panjang. Setelah mendapat pelatihan di PPLP Sumatera Selatan pada 1998-2000, Markus dipinang PSl Langkat. Ia kemudian membela PS Batam dan Persiraja Banda Aceh.
Kiprahnya di kompetisi Divisi Utama (sekarang Liga 2) ini membuatnya dipinang PSMS Medan. Bersama Ayam Kinantan Markus tampil menjadi kiper yang cukup diperhitungkan dan akhirnya dipinang klub kasta teratas dan Timnas Indonesia.
Beberapa klub papan atas Indonesia yang pernah ia bela adalah Arema Indonesia, Persib Bandung, dan PSM Makassar. Namun tak ada prestasi menjuarai liga yang diraih pria setinggi 185 centimeter tersebut selama di klub.
Klub terakhir yang dibela Markus sebelum pensiun adalah klub asal Timor Leste, Assalam. Itu terjadi saat Indonesia dalam baru lepas dari sanksi FIFA, yakni pada 2016. Setelah ini Markus memutuskan pensiun.
Markus yang gantung sarung tangan pada 2017, mulai menapaki karier sebagai pelatih kiper pada 2018. Klub pertama yang memberikan kepercayaan setelah memiliki lisensi pelatih kiper adalah klub Liga 2, Aceh United.
Markus mulai menangani Timnas Indonesia U-16 setelah diajak Bima setelah menjadi pelatih kiper Aceh United di Liga 2. Pengalaman dan jam terbang lelaki kelahiran Pangkalan Brandan, Sumatera Utara, itu diyakini Bima dan PSSI bisa memberi masukan positif ke pemain U-16.
Markus merupakan salah satu staf pelatih di Timnas Indonesia U-17. Bersama dengan Bima, Firmansyah, dan Indrianto Setyo Nugroho, keempatnya merupakan mantan pemain Timnas Indonesia di era yang berbeda.