Royal Mail, layanan pos di Inggris berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga 6.000 karyawan sebagai dampak kerugian akibat pemogokan yang dilakukan hingga 110.000 karyawan. Sekitar 110.000 staf Royal Mail mogok pada Kamis untuk menuntut gaji dan kondisi kerja yang lebih baik.
Selain Kamis, para pekerja juga berencana akan kembali melakukan pemogokan yang rencananya akan bertepatan dengan puncak musim belanja liburan, termasuk Black Friday dan Cyber Monday. Pemogokan ini juga termasuk pemogokan yang terjadi pada Agustus dan September.
Royal Mail mengatakan pihaknya memperkirakan akan melaporkan kerugian operasional antara £350 juta dan £450 juta ($506 juta) tahun ini, dengan mempertimbangkan delapan hari pemogokan yang telah dilakukan atau diberitahukan secara resmi kepada perusahaan. Pemogokan 16 hari selanjutnya dapat terjadi pada bulan November dan Desember.
“Jika ini terjadi, kerugian selama setahun penuh akan meningkat secara material dan mungkin memerlukan restrukturisasi operasional lebih lanjut dan pengurangan jumlah karyawan,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CNN, Minggu (16/10/2022).
Serikat Pekerja Royal Mail mengatakan pemogokan adalah bagian dari “pemogokan terbesar yang sedang berlangsung tahun ini.”
Serikat Pekerja mengatakan perusahaan telah memberlakukan kenaikan gaji 2% pada pekerja, jauh di bawah tingkat inflasi. Jauh dari harapan pekerja meski mereka tidak menyebutkan jumlah harapan kenaikan yang diinginkan.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting ke situs webnya pada Jumat, Serikat Pekerja mengatakan pihaknya menuntut penyelidikan pemerintah atas dugaan “mismanagement Royal Mail.
Royal Mail telah mengatakan bahwa sebagian besar surat tidak akan dikirimkan pada hari-hari mogok. Royal Mail juga akan berusaha mengirim lebih banyak paket di luar hari-hari pemogokan.
Sumber : CNBC Indonesia