Overthinking adalah kecenderungan seseorang untuk memikirkan sesuatu secara berlebihan baik yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi. Overthinking membuat seseorang tenggelam dalam pemikirannya sendiri, sehingga dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dan kekhawatiran berlebihan.
Overthingking bisa dialami siapa saja, syulit dihindari. Baik remaja, dewasa maupun orang tua jaman now. Tentu ini tidak baik, karena yang namanya berlebihan selalu saja berdampak buruk. Tetapi apa boleh buat, ini sudah menggejala, tetapi musti diingat, jangan sampai ia menimbulkan gangguan kecemasan. Ini bisa sangat merugikan.
Nah, agar tak kebablasan, inilah tujuh mitos salah kaprah soal gangguan kecemasan. Tulisan ini disarikan dari tulisan Nick Wignall, psikolog klinis dan podcaster asa Amerika Serikat. Penulis buku Find Your Therapy: A Stp-By-Step Guide to Finding a Great Therapist.
Katanya, satu alasan paling besar seseorang tak bisa lepas dari masalah kecemasan adalah justru karena kesalahan memahami apa itu rasa cemas dan bagaimana ia mempengaruhi hidup seseorang. Sebab, tanpa pengetahuan yang memadai, sama saja dengan membiarkan rasa cemas perlahan mengakar kuat dalam diri seseorang.
Jika ingin mengurangi kecemasan, hal paling mudah adalah dengan membuang jauh mitos dan kesalahpahaman tentang kecemasan itu sendiri. Berikut tujuh mitos yang sudah dianggap benar oleh khalayak umum, meskipun itu tidak benar.
1. Harus tahu asal muasal rasa cemas
Ini paling sering dilakukan orang-orang sekarang, overthingking tentang masa lalu. Menuduh kisah sebagai pemicu, meskipun bila dihubung-hubungkan sepertinya nyambung, tidak akan membantu menghilangkan ganguan kecemasan. Seringkali kasus-kasus kecemasan bermuara pada satu simpulan penting: Penyebab awal kecemasan justru jarang menjadi penyebab utama kecemasan mu sekarang.
Katakanlah kamu overthingking dengan melacak kecemasan kembali pada pengalaman buruk perceraian orang tua di masih kecil. Itu mungkin peristiwa yang memicu rasa cemas mu timbul, tetapi perceraian orang tua bukanlah penyebab kecemasan saat sudah dewasa sekarang.
Kecemasan mu sekarang lebih disebabkan oleh kebiasaan-kekhawatiran kronis, misalnya terlalu obsesif tentang kepastian. Sampai dengan kamu mengatasi masalah sifat obsesif itu, masalah kecemasannya tak akan hilang.
2. Rasa cemas itu membahayakan
Ini tidak benar. Hanya karena kamu merasakan sesuatu yang buruk, bukan berarti hal itu buruk. Contoh, nyeri otot setelah latihan terasa buruk tetapi sebenarnya itu hal yang baik- itu berarti otot mu sedang tumbuh dan menguat. Nah, kecemasan termasuk dalam kategori yang sama dengan nyeri otot- rasanya tidak enak tetapi sebenarnya tidak berbahaya.
Kecemasan hanyalah bentuk ketakutan yang tidak akurat atau salah arah. Seperti semua emosi yang tidak nyaman, terkadang menyakitkan dan menakutkan. Tetapi, perlu dicamkan, ketakutan dan kecemasan itu sendiri tidak dapat menyakiti mu secara langsung.
Tentu saja, bukan berarti tidak ada risiko tidak langsung, dan jangka panjang dari gangguan kecemasan. Bila dibiarkan, kecemasan dapat menyebabkan stres kronis, misalnya, selalu mengaitkan sesuatu dengan hasil-hasil buruk.
Tapi anda perlu tahu bagaimana cara kerja gangguan kecemasan itu. Ketika kamu khawatir tentang kecemasan, otak mu akan mengajari untuk percaya (secara keliru) bahwa kecemasan itu berbahaya, yang pada akhirnya hanya menambah rasa cemas.
Khawatir tentang bahaya kecemasan saat ini adalah hal yang menyebabkan rasa cemas dalam jangka panjang dan potensi risiko yang ditimbulkannya. Cara terbaik untuk tidak terjebak dalam kecemasan jangka panjang, adalah berhenti mengkhawatirkan kecemasan mu saat ini dan legowo saja dengan apa yang kamu rasakan sekarang.
3. Butuh coping skill mengatasi kecemasan
Coping Skill adalah kemampuan teknis, biasanya berupa urutan tindakan yang harus dilakukan saat cemas timbul. Tetapi, ada masalah dengan coping skills: Hanya mengobati rasa cemas dalam jangka pendek, tetapi justru mengorbankan gangguan ini dalam jangka panjang.
Contoh: Katakanlah setiap kali kamu merasa cemas, kamu segera menutup mata dan melakukan meditasi mindfulness sebagai cara untuk mengatasinya. Ini memang dapat membantu mengalihkan perhatian dari kecemasan sementara, atau membuat perasaan lebih tenang pada saat itu.
Tetapi dengan segera melakukan sesuatu untuk mencoba dan menghilangkan rasa cemas mu, sama saja mengajari otak bahwa kecemasan itu buruk. Ini berarti bahwa lain kali kamu merasa cemas, kamu akan lebih cemas karena merasa cemas.
Kecemasan tidak berbahaya. Tetapi jika kamu memperlakukannya seperti itu-dengan segera mencoba menyingkirkannya dengan keterampilan mengatasi-itu melatih otak mu untuk takut pada rasa takut itu sendiri. Dan itu adalah pengelolaan rasa cemas jangka panjang yang jauh lebih buruk.
4. Gangguan kecemasan adalah kelemahan
Banyak orang yang percaya bahwa kecemasan adalah tanda-tanda kelemahan seseorang. Ini anggapan yang salah.
Saat kecil, mungkin sering orang tua atau saudara mu mengkritisimu bila kamu mengungkapkan perasaan sedang merasa takut. Atau kamu menyaksikan orang lain yang gugup, dan merasa malu dibegitukan.
Entah dari mana keyakinan ini muncul, tetapi hal itu memang susah dihilangkan. Sebab, meski secara ilmu pengetahuan telah membuktikan gangguan kecemasan bukanlah tanda kelemahan seseorang, faktanya banyak yang masih menganggapnya demikian.
Contoh, misalnya kamu sedang melakukan presentasi di pekerjaan. Tapi di titik tertentu kamu merasa cemas karena dalam presentasi itu ada informasi yang tidak pas. Hasilnya, seharian kemudian kamu menghawatirkan hal itu, dan berbicara dengan diri sendiri kenapa begini, kenapa begitu, dan seterusnya.
Meskipun secara intelektual kecemasan bukanlah kelemahan, self-talk mu setelah kejadian itu telah menunjukkan tanda sebaliknya. Dan secara kritis, jika itu cara kamu merespons kecemasan-dengan banyak kekhawatiran dan self-talk negatif-itulah yang akan terus dipercayai oleh otak mu.
5. Gangguan kecemasan adalah garis tangan
Salah satu hal yang paling sering dikatakan orang yang ingin berhenti dari gangguan kecemasan adalah mereka takut tidak bisa berubah karena memang merasa sudah begitu sejak lahir.
Faktanya, tidak ada itu gen kecemasan. Paling-paling, penelitian menunjukkan bahwa sekitar 30% dari kecenderungan seseorang dengan gangguan kecemasan didasarkan pada faktor keturunan.
Tetapi, meskipun demikian, ini lebih berkaitan dengan bagaimana temperamen dasar berinteraksi dengan pengalaman-pengalaman masa lalu, alias tidak ada yang keluar dari rahim, ceprot dengan gangguan khawatir dan resah!
Pada umumnya, kecemasan berasal dari pembelajaran dan pengalaman. Baik melalui pemodelan pada usia dini atau pengalaman. Sudah ada studi yang mempelajari kebiasaan seperti khawatir dan abai yang menjadi masalah dalam jangka panjang.
Kabar baiknya adalah tidak ada kesimpulan. Apapun yang terjadi dimasa lalu, atau kebiasaan mu menciptakan kecemasan, selalu mungkin untuk membangun kebiasaan baru di masa sekarang.
6. Khawatir dan cemas adalah hal yang sama
Keduanya adalah hal berbeda dan kemampuan mu mengetahui perbedaannya adalah kunci menekan rasa cemas dalam jangka panjang.
Khawatir adalah pikiran atau serangkain pemikiran.
Contoh: Oh Tuhan, bagaimana kalau bos ku berpikir, aku menghindanya atas komentar yang terakhir? Aku pasti tidak akan pernah dapat promosi.
Atau, dadaku terasa aneh… aku mungkin terkena serangan jantung.
Sementara kecemasan adalah sebuah emosi atau serangkaian emosi
Merasa gugup sebelum tampil
Merasa takut akan mengalami serangan panik
Merasa gelisah diruangan yang penuh dengan orang baru
Bisa membedakan antara kekhawatiran sebagai bentuk pemikiran, dan kecemasan sebagai bentuk emosi ini sangat penting, karena kamu dapat mengendalikan pemikiran, tetapi tidak dapat mengendalikan emosi mu-setidaknya tidak dengan secara langsung.
Meskipun kadang sulit, masih ada kemungkinnan untuk berhenti khawatir dengan mengalihkan perhatian dan pemikiran ke hal lain. Tetapi kamu tidak akan bisa mengendalikan emosi mu secara langsung, termasuk kecemasan. Kamu hanya bisa mengubah emosi, secara tidak langsung dengan cara mengubah cara berpikir.
7. Semuanya itu ada di kepala
Meskipun kekhawatiran adalah satu-satunya penyebab langsung kecemasan, bukan berarti kecemasan ada di kepala.
Salah satu alasan orang terjebak pada kekhawatiran kronis—dimana kemudian memunculkan kecemasan-adalah mereka tidak bagus dalam mengelola hubungan. Lebih spesifik lagi, mereka tidak memiliki kemampuan cukup tegas dan tidak tahu bagaimana menetapkan batasan sehat dalam setiap berhubungan.
Banyak kecemasan muncul dari hubungan yang tidak sehat.
Pertimbangkan beberapa hal berikut:
Jika kamu tipe orang yang kesulitan dalam mengutarakan apa yang diinginkan dengan tegas, kamu akan terus-menerus khawatir untuk dapat membuat orang lain bahagia-dan pada saat yang sama, mengabaikan keinginan dan kebutuhan mu sendiri.
Jika kamu sulit menetapkan batasan yang sehat dalam sebuah hubungan, kamu akan kewalahan dengan permintaan dan tuntutan orang lain-yang akan menyebabkan banyak kekhawatiran dan kecemasan.
Terkadang cara terbaik untuk mengurangi kecemasan adalah keluar dari pikiran mu sendiri, dan melihat hubungan mu dari prespektif orang lain.
Sumber : CNBC Indonesia