Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan bahwa penyerapan gas untuk kepentingan dalam negeri masih belum optimal, yakni masih sekitar 66%. Kondisi ini miris di tengah melimpahnya “harta karun” gas bumi di Tanah Air. Alih-alih, Indonesia malah memilih impor Liquefied Petroleum Gas (LPG).
Berbeda dengan minyak di mana Indonesia merupakan negara pengimpor minyak alias net importir, sementara untuk gas, Indonesia justru tercatat sebagai pengekspor gas. Bukan tanpa alasan, Indonesia ternyata memiliki sumber daya gas bumi yang cukup melimpah.
Berdasarkan data terbaru Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), status per 31 Desember 2021, Indonesia memiliki cadangan terbukti (proven reserves) gas alam sebesar 34,64 triliun kaki kubik (TCF).
Namun sayangnya besarnya cadangan gas bumi di dalam negeri ini belum dioptimalkan sepenuhnya untuk penggunaan dalam negeri. Alih-alih, Indonesia justru memilih impor LPG.
Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM, Mustafid Gunawan menyebut, penggunaan gas dalam negeri mencapai 64,32% dari total produksi gas nasional pada 2021. Selain itu, total penyaluran gas tahun 2021 terdapat sebesar 5.734 miliar British thermal unit per hari (BBTUD). Pada 2021, realisasi lifting gas sebesar 981,98 ribu barel setara minyak per hari atau 5.501 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Pemanfaatan gas bumi untuk domestik terbesar untuk sektor industri yakni mencapai 26,68%. Kemudian, disusul pupuk 12,73%, kelistrikan 11,88%, domestik LNG 8,38%, lifting minyak dan gas bumi 2,93%, LPG domestik 1,54%, gas kota 0,15%, dan Bahan Bakar Gas (BBG) 0,07%.
Sementara sisanya 35,64% masih diekspor, yakni 22,57% untuk ekspor LNG dan 13,13% ekspor gas alam pipa.
Menurutnya, ke depannya pihaknya akan mengoptimalkan penggunaan gas di dalam negeri dengan mengembangkan infrastruktur gas bumi, seperti pembangunan pipa gas.
“Pengembangan infrastruktur di pemerintah, kita sebut Rencana Induk Infrastruktur Gas Bumi ini menjadi pedoman bagi kita semua bahwa gas akan disalurkan ke mana, ini tergantung Rencana Induk,” ucapnya pada forum diskusi kebijakan implementasi harga gas bumi tertentu (HGBT) di Jakarta, Rabu (26/10/2022).
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga akan kembali menata permintaan dan juga menciptakan konsumen gas baru, sehingga penyerapan gas di dalam negeri bisa lebih optimal.
Terlebih, lanjutnya, di masa transisi energi dari energi fosil menuju energi bersih, gas akan menjadi andalan.
“Transisi energi, betul bahwa minyak mulai turun, jadi salah satu alternatif utama yaitu gas sebagai transisi energi karena dari sisi cadangan juga besar,” ucapnya.
Sumber : CNBC Indonesia