Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lucia Rizka Andalusia mengklaim kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Indonesia mengalami tren penurunan yang drastis.
Menurut Lucia, dalam sepekan terakhir, nyaris tak ada penambahan kasus baru.
“Kita sudah tidak berharap lagi ya, adanya kejadian [GGAPA] tersebut, dan alhamdulillah dalam waktu satu minggu ini kasusnya sudah sangat-sangat decline, bisa dibilang hampir tidak ada ya,” kata Rizka di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Kabupaten Tangerang, Kamis (3/11).
Rizka mengatakan Kemenkes hanya mendapati laporan 1-5 kasus per hari. Kondisi itu terjadi setelah Kemenkes menyetop sementara penjualan dan penggunaan obat dalam sediaan cair atau sirop pada 18 Oktober lalu.
Selain itu, pemberian obat antidotum dengan merek Fomepizole dinilai efektif pada pasien GGAPA dengan stadium yang belum tinggi.
Rizka melanjutkan laporan data GGAPA oleh Kemenkes yang mengalami penambahan tersebut merupakan kumulatif kasus lama yang baru terlaporkan pada akhir-akhir bulan ini. Karena itu, ia memastikan mayoritas bukan kasus baru.
“Bukan peningkatan kasus baru, tapi pelaporannya yang baru dilaporkan, dikumpulkan baru terlaporkan dan baru masuk. Jadi bukan peningkatan kasus baru, itu yang harus kita cermati. Dalam seminggu terakhir ini mungkin hanya lima kasus ya, dan sebagian besar masih laporan lama yang dirawat dan belum dilaporkan terus dilaporkan,” jelas Rizka.
Jumlah temuan kasus GGAPA di Indonesia mencapai 325 orang per Selasa (1/11). Terjadi penambahan sebanyak 21 kasus dibandingkan laporan sehari sebelumnya. Adapun 178 pasien di antaranya meninggal dunia.
Berdasarkan sebaran usia kasus GGAPA terbanyak ditemukan pada usia 1-5 tahun yakni 169 kasus. Disusul 75 kasus pada anak usia kurang dari setahun, 42 kasus dari anak usia 6-10 tahun, dan 39 kasus pada anak usia 11-18 tahun.
Sumber: CNN Indonesia