1. KTT G20: Pemerintah dapat Gengsi, Rakyat ketularan apa?
Jelang puncak kegiatan Presidensi G20 Indonesia yang akan digelar di Nusa Dua, Bali pada 15-16 November 2022 mendatang yang mengusung tema Recover Together, Recover Stronger. Bergengsinya acara tersebut tentunya membawa pertanyaan, bagaimana dampaknya terhadap rakyat Indonesia?
Di tengah kondisi saat ini, tema tersebut rasanya begitu tepat diangkat mengingat dunia baru saja mengalami kemerosotan ekonomi yang sangat tajam pada 2020 lalu akibat pandemi Covid-19 yang sampai saat ini pun masih menghantui negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
Dengan tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama, serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.
Jelang acara puncaknya, sejumlah event sampingan pun ikut digelar pemerintah. Pemerintah menyatakan bahwa pelaksanaan 438 rangkaian kegiatan Presidensi G20 Indonesia yang diselenggarakan di 25 kota tersebut telah memberikan manfaat baik secara substansi maupun fisik.
Di tengah bergengsinya acara G20 yang terlaksana di Bali pemerintah memang mendapatkan gengsi yang luar biasa. Terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 merupakan kepercayaan sekaligus tanggung jawab yang besar bagi bangsa Indonesia.
Tak asing di telinga, Recover Together, Recover Stronger yang terus digaungkan untuk mendukung tema itu, pentingnya prinsip inklusivitas dan kerja sama yang tercermin dalam lima strategi prioritas.
Strategi prioritas itu diantaranya, meningkatkan produktivitas, membangun ekonomi dunia yang tangguh dan stabil, mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan, menciptakan lingkungan yang kondusif bagi kemitraan antar pemangku kepentingan dan memperkuat kepemimpinan kolektif global. Inilah yang kerap kali disampaikan oleh pemerintah.
Dalam G20finance tracksaja, ada beberapa pembahasan difokuskan pada penanganan isu-isu global terkini. Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani ada tujuh agenda yang akan dibahas dalamfinance track.
Pertama,terkait bagaimana negara-negara G20 berkoordinasi untuk memulihkan ekonomi global. Agenda kedua, terkait bagaimana semua negara melihat dampak Covid-19 serta mengenai productivitydan pemulihan ekonomi.
Agenda ketiga, berhubungan dengan Central Bank Digital Currency. Keempat, mengenai sustainable finance, antara lain terkait green finance facility, termasuk bagaimana stimulus atau dukungan di bidang fiskal untuk menciptakan transformasi ekonomi menuju ekonomi yang hijau dan berkelanjutan.
Kelima, terkait cross border payment. Keenam, financial inclusion, antara lain pengembangan kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta transformasi digital untuk usaha kecil dan menengah.
Agenda ketujuh, terkait kemajuan dan pelaksanaan dari persetujuan dan perkembangan international taxation, antara lain membahas insentif pajak, tax and digitalization, praktik-praktik penghindaran pajak, tax transparency, tax and development, serta tax certainty.
Kendati demikian, beberapa pasti bertanya-tanya apa dampak nyatanya dari gelaran G20 Indonesia ini. Lalu mampukah rakyat ketularan berkah dari pelaksanaan G20?
Pada dasarnya agenda G20 dan berbagai even sampingan yang dilakukan akan mendorong pemulihan ekonomi dan bahkan mendorong Indonesia melangkah lebih maju.
2. Kontribusi G20 Terhadap Wirausaha dan UMKM di Indonesia
Seperti yang diketahui, serangkaian acara Presidensi G20 Indonesia yang sudah dimulai sejak 1 Desember 2021 lalu, sudah hampir terlaksana seluruhnya. Kini, Indonesia telah sampai pada momen puncak Presidensi G20 yaitu KTT G20 yang akan diselenggarakan pada tanggal 15-16 November 2022 di Bali.
Dari rangkaian acara yang telah berlangsung tentu saja memberikan dampak kepada pengusaha dan UMKM Bali.
Sebagai salah satu contohnya outlet Jalan By Pass dan Kadek Bhuana. Mereka mengaku tokonya mengalami kenaikan kunjungan baik dari wisatawan lokal dan asing. Ia senang toko bisa kembali ramai dalam dua bulan terakhir.
“Dua bulanan ini, toko kami mencatat kenaikan kunjungan wisatawan asing dan lokal. Mereka juga berbelanja. Toko kembali ramai. Pemandangan ini benar-benar menjadikan semangat optimis bagi kami, Bali bisa bangkit,” kata Bhuana berdasarkan keterangan dari tim komunikasi G20.
Beberapa makanan dan minumam juga pilihan wisatawan. Misalnya, pie susu, pia, kacang, kopi bubuk arabika, robusta serta biji kopinya masuk daftar unggulan di toko penyedia oleh-oleh. Begitu pula oleh-oleh berupa lukisan dan pernak pernik dari bambu. “Kami selalu memeriksa ketersediaannya agar jangan sampai kosong dan mengecewakan tamu yang datang,” jelas Bhuana.
Selain itu, pemasok kaos Barong dari Gianyar, Ni Wayan Erni Lestari juga menerima dampak positif. Ia mengaku kewalahan menerima baju Barong, yakni baju tanpa kerah dengan dasar warna-warni bergambar kepala barong ini menjadi unggulan oleh-oleh khas Bali di sejumlah outlet.
Dengan kondisi ini, idak sedikit rumah produksi hingga ribuan kaos barong mulai memasok baju ke toko-toko untuk penyedia buah tangan.
Selain itu, pengusaha Keben Bali juga disampaikan telah mendapatkan pemesanan sebanyak 700 keben (anyaman bambu yang berbentuk menyerupai kubus). Pemesannya dari salah satu hotel tempat delegasi G20 menginap, di Nusa Dua.
Penyusunan Kebijakan Pada Site Even G20 Bisa Bawa Berkah UMKM Ke Depan
Wirausaha dan UMKM menjadi salah satu pencipta lapangan kerja yang diandalkan saat ini berada di fase pemulihan pasca pandemi. Fase pemulihan yang saat ini dihadapi tentunya punya tantangan, mulai dari krisis geopolitik yang meningkatkan harga energi dan pangan hingga masih belum kembalinya daya beli masyarakat seperti saat sebelum pandemi.
UMKM merupakan pilar terpenting dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, jumlah UMKM saat ini mencapai 65,4 juta dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 61,07% atau senilai 8.573,89 triliun rupiah.
Jumlah UMKM di Indonesia
Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia meliputi kemampuan menyerap 97% dari total tenaga kerja yang ada serta dapat menghimpun sampai 60,4% dari total investasi. Namun, tingginya jumlah UMKM di Indonesia juga tidak terlepas dari tantangan yang ada.
Isu UMKM dan ketenagakerjaan merupakan isu sektoral yang tidak bisa berdiri sendiri. Ini menunjukkan seberapaurgent-nya UMKM dan enterpreneur bagi fundamental ekonomi Indonesia.
Dalam Employment Working Group G20 telah mengangkat isu prioritas salah satunya sustainable job creation, towards changing world of work.
Artinya, penciptaan lapangan kerja yang berkelanjutan, dan yang sesuai dengan karakteristik kita adalah dengan wirausaha dan UMKM. Mendorong dan mengembangkan kewirausahaan yang berkelanjutan melalui penciptaan kewirausahaan dan mendorong UMKM
Output dari dokumen site even G20 ini salah satunya adalah Policy Recommendation on Promoting Entrepreneurship and Support MSMEs Job Creation Instruments. Rekomendasi kebijakannya antara lain:
Menciptakan iklim usaha yang kondusif, di dalamnya termasuk penyediaan infrastruktur digital yang inklusif untuk mendorong pengembangan usaha, mempermudah proses mendapatkan izin dan lisensi usaha, dan fasilitas bantuan menjadi usaha formal baik dengan dukungan regulasi maupun insentif.
Memasifikasi program kewirausahaan dan pelatihan wirausaha, di dalamnya termasuk penyediaan jejaring inkubator bisnis, pelatihan keterampilan digital, dan manajemen usaha melalui program pembelajaran sepanjang hayat, serta penerapan bisnis yang ramah lingkungan untuk menciptakangreen entrepreneurship.
Mendorong pengembangan dan keberlanjutan usaha, di dalamnya termasuk peningkatan produktivitas dan penyediaan pekerjaan yang layak, kemudahan akses pembiayaan wirausaha melalui teknologi finansial, serta mendorong inovasi dan pendekatan baru dalam menciptakangreen entrepreneurship.
Pemenuhan hak-hak dasar ketenagakerjaan pemberi kerja dan pekerja, di dalamnya termasuk mendorong partisipasi penyandang disabilitas, pemuda, dan perempuan menjadi wirausaha. Penyediaan jaminan sosial, perlindungan keselamatan, dan kesehatan kerja serta penguatan dialog sosial antara pemberi kerja dan pekerjanya. Serta penyediaan insentif bagi UMKM yang mempekerjakan penyandang disabilitas, pemuda, dan perempuan.
Jika kebijakan ini dijalankan dengan serius, maka Indonesia akan semakin mempunyai potensi basis ekonomi nasional yang kuat karena jumlah UMKM terutama usaha mikro yang sangat banyak dan daya serap tenaga kerja sangat besar.
Pemerintah dan pelaku usaha harus menaikkan ‘kelas’ usaha mikro menjadi usaha menengah. Basis usaha ini juga terbukti kuat dalam menghadapi krisis ekonomi.
Sumber : CNBC Indonesia