NEWS24XX.COM – Dalam upaya untuk mengatasi ancaman yang semakin meningkat dari China, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah mengatakan kepada kabinetnya untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan menjadi dua persen dari PDB pada tahun 2027.
Angka tersebut telah mencapai sekitar satu persen atau kurang sejak selamanya, tetapi Jepang sekarang sedang berusaha untuk merombak strategi pertahanan dan keamanannya karena lanskap geopolitik yang berubah.
“Kami akan mengambil langkah-langkah anggaran untuk meningkatkan pengeluaran untuk pertahanan dan pengeluaran lainnya menjadi dua persen dari PDB saat ini pada 2027,” kata Menteri Pertahanan Yasukazu Hamada kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Kishida.
Kementerian pertahanan telah mengajukan permintaan anggaran $40 miliar pada bulan Agustus. Tetapi angka terakhir harus menunggu sampai pemerintah menyelesaikan pemutakhiran beberapa kebijakan pertahanan.
Skenario seputar Jepang semakin berbahaya, dengan China melakukan latihan militer, uji coba rudal Korea Utara, dan invasi Rusia ke Ukraina. Semua ini telah berkontribusi untuk mengumpulkan dukungan yang mendukung peningkatan pengeluaran.
Jepang memiliki konstitusi pasifis pascaperang yang membatasi kapasitas militernya untuk sebagian besar tindakan defensif.
Sesuai laporan lokal, pengeluaran tambahan terutama ditujukan untuk kapasitas “serangan balik”, yaitu senjata yang dapat menargetkan lokasi peluncuran rudal musuh dan digambarkan oleh Tokyo sebagai pertahanan.
Kishida juga mengatakan kepada parlemen bahwa kapasitas serangan balik adalah salah satu dari beberapa opsi yang dipertimbangkan.
“Ini sedang dipelajari dalam batas-batas konstitusi dan hukum internasional,” katanya.
Orang-orang di negara itu juga tampaknya mendukung peningkatan pengeluaran pertahanan. Dalam jajak pendapat yang diterbitkan oleh kantor berita Kyodo, lebih dari 60 persen responden menginginkan negara tersebut memperoleh “kemampuan serangan balasan”.
Namun, masalah muncul di bidang dana. Pajak yang lebih tinggi bukanlah suatu pilihan karena bahkan LDP Kishida tidak mendukung kenaikan pajak.
Perekonomian negara mengalami penurunan karena populasi yang menua dan menyusut, selain pemulihan pasca pandemi dan dampak dari perang di Ukraina.
Hamada mengatakan pada hari Senin bahwa Kishida telah meminta pemerintah untuk menemukan cara untuk meningkatkan pengeluaran, terlepas dari masalah biaya.
“(Kami akan) mengamankan anggaran yang diperlukan dengan cepat datang dengan berbagai pendekatan, daripada hanya mengatakan kami tidak bisa karena tidak ada sumber keuangan yang cukup,” katanya mengutip perkataan perdana menteri.
Sepertiga responden dalam jajak pendapat Kyodo mengatakan bahwa pemerintah harus memangkas pengeluaran di bidang lain untuk mengumpulkan dana guna meningkatkan pengeluaran pertahanan. Lebih dari 22 persen mendukung peningkatan pajak perusahaan, dan 13 persen mendukung penerbitan obligasi pemerintah. ***