Anggota Polsek Astana Anyar, mulai dari Unit Reserse Kriminal, Unit Lalu Lintas, hingga personel Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) sudah berkumpul sejak pukul 08.00 WIB. Di antara personel yang berbaris ada sosok Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) Sofyan, personel Bhabinkamtibmas yang bertugas di Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung.
Personel tak merasakan firasat apa-apa hari itu. Aktivitas warga di sekitar polsek juga berjalan seperti biasa. Sampai ketika suara dentuman menggetarkan kompleks polsek.
Pagi yang tenang berubah kepanikan. Sebuah bom dibawa seorang pria dan meledak pukul 08.20 WIB. Tepat di depan kantor Polsek Astana Anyar. Semua berhamburan. Benar-benar mencekam.
Sofyan Selamatkan Rekannya
Bom mengandung banyak proyektil paku itu dibawa oleh pelaku yang kemudian diketahui bernama Agus Sujatno alias Agus Muslim. Dia napi terorisme yang terafiliasi dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Sebelumnya, Agus coba masuk ke Kantor Polsek Astana Anyar saat sejumlah anggota polisi melakukan apel pagi. Langkah Agus sigap dihalau oleh Aipda Sofyan yang berdiri dekat pagar kantor polsek.
Setelah dihalau, kemudian Agus mengacungkan pisau. Sofyan menahan Agus agar tidak mendekati personel yang sedang apel. Di saat bersamaan, bom meledak dan turut melukai leher Sofyan. Dentuman terdengar sangat keras. Diikuti asap pekat menyelimuti Polsek Astana Anyar.
Saksi menyebut Sofyan sempat berjalan ke luar Kantor Polsek Astana Anyar sambil memegang lehernya. Sementara pelaku Agus tewas seketika di lokasi kejadian.
Aipda Sofyan langsung dilarikan ke Rumah Sakit Immanuel. Nahas, nyawanya tidak terselamatkan. Anggota Nhabinkamtibmas itu mengembuskan napas terakhir pukul 10.00 WIB.
“Beliau adalah seorang pahlawan, karena beliau menyelamatkan anggota lainnya. Kalau saat kejadian tidak ada beliau, hanya Allah yang tahu. Yang jelas beliau adalah pahlawan karena menyelamatkan teman-temannya,” kata Kasatbinmas Polrestabes Bandung, AKBP Sutorih, usai upacara pemakaman jenazah Sofyan.
Untuk diketahui, peristiwa tersebut menyebabkan 10 terluka termasuk Sofyan yang meninggal dunia.
Jadi teladan
Sofyan yang wafat saat bertugas kemudian dinaikkan satu pangkat lebih tinggi menjadi Ajun Inspektur Polisi Satu (Aiptu) Anumerta. Selain tindakannya yang perlu diteladani, semasa hidup Sofyan juga dikenal sebagai sosok yang rajin beribadah.
Bhabinkamtibmas usia 41 tahun itu meninggalkan istri bernama Siti Sarah dan tiga orang anak.
Sofyan berdomisili di Kelurahan Sukawarna, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, merupakan polisi yang lulus dari Sekolah Calon Bintara (Secaba) Polri tahun 2003. Di keluarganya, Sofyan merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.
Salman (45), kakak dari Sofyan, mengatakan korban merupakan pribadi yang jarang mengeluh. Dia mengaku justru dirinya yang justru lebih banyak mengeluh kepada Sofyan.
“Jadi, Sofyan yang menjadi polisi di antara lima bersaudara di keluarga kami. Sejak kecil Sofyan sudah bercita-cita menjadi polisi,” kata Salman.
Meskipun adiknya itu telah menjadi korban, Salman memastikan keluarganya tidak takut dengan adanya terorisme yang mengatasnamakan agama. Karena, Sofyan adalah sosok yang taat beragama dan menjadi teladan di keluarganya.
Sofyan kemudian dimakamkan di tempat pemakaman keluarga yang berada di kawasan Sukahaji, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, sekitar pukul 17.00 WIB. Pemakaman itu pun dilakukan secara dinas kepolisian. (sumber-Merdeka.com)