Pejabat Peru menggelar pembicaraan tingkat tinggi untuk mencoba menyelesaikan krisis politik yang semakin dalam setelah penggulingan mantan presiden Pedro Castillo.
Dewan Negara yang terdiri dari wakil-wakil dari semua cabang kekuasaan negara dan para pemimpin gereja di negara Amerika Latin itu mengadakan pertemuan di ibu kota, Lima menurut laporan BBC pada Sabtu (17/12).
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Patricia Correa dan Menteri Pendidikan Jair Perez pada Jumat mengundurkan diri dari kabinet Peru setelah serentetan demonstrasi berujung pada peristiwa maut.
Tragedi tersebut mengguncang Peru sejak mantan Presiden Pedro Castillo dicopot dari jabatannya dan ditahan pekan lalu.
Correa dan Perez mengumumkan pengunduran diri mereka melalui Twitter dan dalam unggahan tersebut menyebut kematian orang-orang dalam kerusuhan.
“Pagi ini saya menyerahkan surat pengunduran diri sebagai menteri pendidikan. Kematian teman-teman sebangsa itu tidak bisa diterima. Negara tidak boleh bertindak keterlaluan dan menyebabkan orang kehilangan nyawa,” kata Correa di akunnya seperti dilansir Reuters, Sabtu (17/12).
Pencopotan Castillo sebagai presiden memicu kemarahan melalui aksi-aksi protes. Para pengunjuk rasa meminta agar pemilu diselenggarakan lebih cepat.
Mereka juga menuntut agar kongres ditutup dan presiden baru Dina Boluarte mundur. Rangkaian protes berlanjut pada Jumat, ketika jalan-jalan utama diblokade dan bandara-bandara ditutup.
Sejauh ini, sedikitnya 17 orang telah tewas dalam serangkaian demonstrasi, menurut pihak berwenang. Selain itu, setidaknya lima orang ditahan terkait aksi protes.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat menyatakan “sangat prihatin” mendengar laporan soal korban jiwa dan penahanan terhadap demonstran anak-anak.
Pemerintah Peru mengatakan Menteri Luar Negeri Ana Cecilia Gervasi akan bertemu dengan Komisi Tinggi PBB pada Selasa pekan depan untuk membahas situasi tersebut.
Pada Kamis lalu, delapan orang tewas dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan para pengunjuk rasa di Ayachucho, menurut otoritas setempat.
Peristiwa maut itu terjadi setelah panel Mahkamah Agung Peru memerintahkan penahanan praperadilan selama 18 bulan terhadap Castillo. Ia sedang diselidiki atas tuduhan “pemberontakan dan persekongkolan.” Castillo membantah bersalah. Ia mengatakan dirinya masih merupakan presiden yang sah di Peru.
Peru selama bertahun-tahun didera kekacauan politik. Beberapa pemimpin negara tersebut dituduh melakukan korupsi. Selain itu, ada beberapa kali upaya untuk memakzulkan mereka. Ada juga pemimpin yang masa jabatannya dipersingkat.