Perselingkuhan adalah salah satu hal yang paling menyakitkan dalam suatu hubungan. Menurut sebuah studi ilmiah yang ditulis Stanley dkk pada 2013, perselingkuhan dapat mengakibatkan gangguan secara psikologis yang luar biasa.
Dikutip dari Psych Central, psikolog Dennis Ortman menyatakan bahwa perselingkuhan berpotensi menimbulkan trauma yang mendalam bagi para korbannya. Ortman menamai respon trauma tersebut sebagai Post-Infidelity Stress Disorder (PISD) atau stress pasca perselingkuhan. Disebutkan bahwa PISD dapat membuat seseorang mengalami syok, mengalami trauma, kecemasan, hingga depresi.
Berdasarkan hasil survei Just Dating, 40 persen laki-laki dan perempuan di Indonesia mengaku pernah selingkuh dan mengkhianati pasangannya. Angka tersebut membuat Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara di Asia dengan kasus perselingkuhan terbanyak, tepat di bawah Thailand dengan persentase 50 persen.
Banyaknya kasus perselingkuhan membuat munculnya pernyataan “Sekali selingkuh, pasti akan selingkuh lagi.” Lantas, benarkah pernyataan tersebut?
Menurut sebuah studi pada 2017 yang diterbitkan di Archives of Sexual Behaviour, orang yang pernah melakukan perselingkuhan di masa lalu kemungkinan besar akan berselingkuh lagi dalam hubungan selanjutnya.
Berkaitan dengan hal ini, psikolog Alexandra Solomon mengatakan bahwa kesadaran diri relasional adalah salah satu fondasi utama dalam suatu hubungan. Kesadaran diri relasional adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri secara mendalam saat berada dalam hubungan percintaan.
Solomon mengatakan, kesadaran diri relasional dapat membantu seseorang untuk mengetahui secara mendalam tentang apa yang dibutuhkan sebagai individu dan kemampuan untuk melindungi apa yang pantas dalam suatu hubungan. Tanpa kesadaran diri relasional, seseorang akan tetap terjebak dan akan terus mengulangi kesalahan yang sama di masa lalu, salah satunya adalah perselingkuhan.
Ketika berhubungan dengan seseorang yang pernah melakukan perselingkuhan di masa lalu, kedua pihak harus berani mencari tahu sejauh mana komitmen satu sama lain untuk menerapkan kesadaran diri relasional. Sebab, hal itu dapat menentukan arah hubungan Anda di masa depan.
Menurut Solomon, kesadaran diri relasional adalah tentang bagaimana seseorang bertanggung jawab untuk tumbuh dan sembuh dari masa lalu. Bila memiliki kesadaran diri relasional yang tinggi, besar kemungkinan untuk memiliki hubungan yang bahagia. Sebab, seseorang yang telah memiliki pemahaman mendalam tentang diri sendiri akan memiliki keterikatan serta memahami kekhawatiran pasangannya.
Sumber : CNBC Indonesia