Sebanyak 15 pekerja bangunan di Paro, Kabupaten Nduga, diduga disandera KKB pimpinan Egianus Kogoya. 15 pekerja itu sedang membangun puskesmas.
“Laporan tersebut masih didalami untuk memastikan kebenarannya,” kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny di Jayapura, Selasa malam (7/2) dikutip Antara.
Dia mengakui, kasus tersebut terungkap dari laporan Bupati Kenyam ke Kapolres Nduga, Sabtu (4/2). Namun polisi kesulitan memastikan informasi tersebut karena tidak ada aparat keamanan di wilayah itu.
Benny mengatakan, kasus dugaan penyenderaan itu masih didalami karena dari laporan diterima polisi, 15 pekerja itu diduga KKB pimpinan Egianus Kogoya sebagai agen intelijen. Dalih itu menurut Benny selalu diungkap kelompok Egianus Kogoya walaupun kenyataannya mereka memang karyawan atau tukang bangunan dan saat ini dilaporkan dibawa ke Mapnduma.
“Hal serupa juga pernah dinyatakan Egianus saat menyerang karyawan PT Istaka Karya tahun 2018 lalu yang menewaskan 28 orang,” ujar dia.
Nasib Pilot dan Penumpang Pesawat Susi Air.
Selain masih menyelidiki dugaan 15 pekerja pembangunan Puskesmas disandera kelompok Egianus Kogoya, polisi masih mencari keberadaan nasib pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru.
Diketahui, pesawat Susi Air dengan nomor penerbangan PK-BVY yang membawa lima penumpang terbang dari Timika, dan pengecekan yang dilakukan dari udara terlihat pesawat terbakar di ujung lapangan terbang Paro.
Pesawat jenis Pilatus Porter terbang dari Timika, Selasa (7/2) pukul 05.33 WIT dan dijadwalkan tiba ke Bandara Moses Kilangin Timika pukul 07.40 WIT.
Lima penumpang pesawat milik Susi Air yaitu Demanus Gwijangge, Minda Gwijangge, Pelenus Gwijangge, Meita Gwijangge dan Wetina W.
“Kami belum dapat memastikan bagaimana kondisi pilot Susi Air Philip Merthens beserta lima penumpangnya,” ujar Benny.
TPNPB-OPM Klaim di Balik Pembakaran dan Penyanderaan Pilot Serta Penumpang Pesawat Susi Air
Sementara itu, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) mengklaim bertanggung jawab terkait pembakaran pesawat Susi Air nomor penerbangan SI 9368 di Bandara Paro, Nduga, Papua. TPNPB juga menyatakan menyandera pilot dan penumpang pesawat tersebut.
“Pilotnya kami sudah sandera dan kami sedang bawa keluar, untuk itu anggota TNI-Polri tidak boleh tembak atau interogasi masyarakat sipil Nduga sembarang,” kata Jubir Komnas TPNPB-OPM Sebby Sambom, Selasa (7/2).
Sebby mengatakan, aksi pembakaran dan penyanderaan itu didalangi TPNPB OPM Kodap III Ndugama-Derakma di bawah pimpinan Panglima Bridgen Egianus Kogoya. Sebby menegaskan bakal melepaskan para sandera dengan syarat pemerintah Indonesia mengakui OPM.
“Kami TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma tidak akan pernah kasih kembali atau kasih lepas pilot yang kami sandera ini, kecuali NKRI mengakui dan lepaskan kami dari negara kolonial Indonesia (Papua merdeka),” ujar dia.
Selain menolak membebaskan sandera tanpa syarat, Sebby mengatakan, TPNPB menolak pembangunan di Nduga terlebih di distrik-distrik pengungsian. TPNPB mengancam bakal menyapu bersih setiap pembangunan di Nduga.
“Dan selama ini hampir satu tahun kami TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma sudah istirahat sekalian dalam duka nasional, dan mulai sekarang kami TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma sudah mulai lanjut perang sampai Papua merdeka,” pungkasnya. (sumber-Merdeka.com)