Ponsel Perdana Menteri (PM) Spanyol, Pedro Sanchez dua kali diserang malware Pegasus pada Mei 2021. Tak hanya PM Sanchez, ponsel Menteri Pertahanan Spanyol, Margarita Robles juga dibobol malware buatan perusahaan Israel ini pada Juni. Demikian disampaikan Menteri Kabinet Spanyol, Felix Bolanos.
Namun, pihak Spanyol masih menyelidiki lebih lanjut kasus penyadapan yang ditujukan kepada pemimpinnya.
Pada akhir April, kejadian serupa sudah menimpa puluhan pemimpin dan aktivis prokemerdekaan Catalonia. Menurut laporan Citizen Lab, serangan ini sudah terjadi sepanjang periode 2017-2020, yang berlangsung ketika panasnya deklarasi kemerdekaan Catalonia dari Spanyol.
Di sisi lain, spyware Pegasus selama ini dianggap kontroversial lantaran hanya dapat dibeli oleh pemerintah. Pasalnya, selain ditujukan untuk memantau aktivitas terorisme, alat buatan Israel itu juga digunakan untuk memonitor jurnalis, aktivis, dan lawan politisi di suatu negara.
Kabar penyadapan ini disampaikan oleh Menteri Presidensial Spanyol, Félix Bolaños, dalam konferensi pers darurat. Bahkan, ia menyebut bahwa ponsel PM Sanchez sudah diintrusi dua kali oleh Pegasus.
“Ketika kami mengatakan intrusi dari luar, kami menyebut bahwa mereka adalah alien dari agensi negara dan tidak memiliki otorisasi hukum dari semua badan pemerintahan. Maka dari itu, kami mengklasifikasikan mereka sebagai aksi ilegal,” ungkap Bolaños, dikutip Politico.
“Fakta ini sudah dikonfirmasi dan tidak dapat diterima. Saya tidak berpikir sekarang adalah waktu yang tepat untuk menduga apa yang ada di baliknya dan apa motivasi yang mungkin dilangsungkan,” sambungnya.
Bolaños juga menambahkan, ponsel Sanchez sudah menjadi target penyadapan sebanyak dua kali. Pertama dilakukan pada Mei dan yang kedua terjadi pada Juni 2021. Di sisi lain, Menhan Robles juga menjadi target serangan pada Juni 2021 silam dan data berhasil diekstraksi dari ponsel keduanya.
Dilaporkan France24, pemerintahan sayap kiri yang dipimpin Pedro Sanchez saat itu tengah menghadapi perselisihan dengan Maroko. Bahkan, renggangnya hubungan Spanyol-Maroko mengakibatkan lebih dari 8 ribu migran asal Maroko masuk ke wilayah terluar di Afrika Utara, Ceuta.
Sementara, krisis antara Rabat dan Madrid disebabkan keputusan Spanyol untuk bersedia merawat pemimpin Polisario, Brahim Ghali dirawat usai terinfeksi COVID-19. Maroko menuding Spanyol mendukung kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan Republik Demokratik Arab Sahrawi.
Atas hal itu, terdapat dugaan bahwa pemerintah Maroko ada di balik aksi penyadapan dua pejabat Spanyol. Hasil investigasi jurnalis yang dinamai Pegasus Project dan menunjukkan klien NSO Group berasal dari Maroko. Bahkan, diperkirakan 200 warga Spanyol sudah menjadi korban penyadapan Pegasus.
“Nomor ponsel yang diteliti dipercaya dibuat di Maroko pada 2019, sesuai dari waktu stempel data. Bahkan, nomor tersebut mencapai lebih dari 50 ribu individu yang menjadi target klien NSO di seluruh dunia,” dilansir The Guardian.